Kampungku ini tampak asri dan unik. Kampung-kampung berada di dataran yang cukup tinggi sementara untuk jalan setapak lebih rendah dari posisi rumah-rumah ini berdiri.
Blog Archive
Labels
Pages
Blogger news
Blogroll
Rabu, 03 Desember 2014
Selasa, 02 Desember 2014
100 Impian Hidupku untuk Masa Depan
1 Sukses Dunia Akhirat
2 Membahagiakan orang tua
3 Membuat bangga orang tua
4 Berbakti kepada orang tua
5. Kuliah lancar
6. Lulus tepat waktu
7. IPK lebih dari 3.6
8. IP selalu naik tiap semesternya
9. Dapat beasiswa
10. Kuliah ke luar negeri dengan beasiswa bila lanjut
11. Hafal juz 30 selama kuliah
12. Lancar berbahasa inggris
13. Lancar berbahasa suku sunda
14. Berani bicara di depan umum
15. Menjadi Taruna
16. Beli motor sendiri
17. Beli mobil sendiri
18. Punya uang jajan sendiri
19. Bisa liburan ke luar negeri
20. Bisa melanjutkan S2 dengan uang sendiri
21. Menjadi tenaga pengajar yang bermanfaat dan disukai peserdik
22. Menyandang sabuk hitam di karate
23. Punya istri diberkati, aman terkendali
24. Punya anak yang cantik,ganteng dan diberkati
25. Menjadi suami yang bertangguung jawab, yang dicintai istri dan anak-anak
26. Berwira usaha
27. Menjadi tenaga pengajar yang mengispirasi orang lain
28. Membuat usaha peternakan ikan,ayam,babi dll.
29. Membuka LPK
30. Bermanfaat bagi orang lain
31. Punya rumah sederhana, dengan 6 kamar tidur, 3 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang makan, 2 ruang keluarga, 2 ruang kerja, 2 garasidan perpustakaan pribadi
32. Rumah bertingkat menghadap ke jalan
33. Pergi ke prancis bersama keluarga
34. Rumah dilengkapi dengan kolam renang
35. Di halaman belakang ada lapangan basket dan beberapa alat olahraga
36. Ada kebun kecil yang ditanami bunga-bunga
37. Di kebun ada air mancur dengan lampu warna-warni
38. Beli sawah untuk bapak
39. Naik puncak tertinggi di Indonesia
40. Naik puncak tertinggi di Dunia
41. Berlibur ke bunaken
42. Memberi makan min 50 anak yatim setiap bulan
43. Bisa mengguasai 3 atau lebih bahasa
44. Lancar berbahasa Sunda Jawa Barat.
45. Bisa mengisi sebuah kajian
46. Menjadi mahasiswa teladan
47. Lulus dengan coumlode
48. Berbuat baik dalam kebaikan
49. Hafal ayat alkitab yang menjadi pegangan
50. Beli laptop sendiri
51. Menjadi leader
52. Beli tanah di puncak
53. Punya rumah pribadi di puncak
54. Beli hp sendiri
55. Berdoa di Gua Maria
56. Bertemu dengan orang-orang besar
57. Membuat pesta perayaan ulang tahun bapak dan ibu
58. Merayakan ulang tahun pernikahan orang tua
59. Punya koleksi buku (perpustakaan pribadi)
60. Bisa nabung
61. Keangkat menjadi PNS
62. Bisa berkomunikasi dengan orang asing (turis) dengan lancar
63. Menjadi khatolik yang bisa menjadi panutan
64. Bisa menulis bahasa ibu dengan baik dan benar
65. Nonton piala dunia langsung
66. Nonton NBA secara langsung
67. Beli sepeda gunung
68. Mengkoleksi buku-buku
69. Menjadi superhero
70. Dihormati dan disegani orang
71. Ahli Ilmu Arsitektur
72. Naik pesawat
73. Punya tabungan buat pendidikan anak
74. Renovasi gudang belakang rumah
75. Buat tempat olahraga di belakang rumah
76. Mendapat penghargaan
77. Punya toko
78. Bisa main musik
79. Punya studio musik
80. Punya bioskop mini di rumah
81. Bisa keliling dunia
82. Bertemu dengan Pasus besar
83. Melihat senyuman bapak dan mama ketika saya bisa membuat bangga mereka
84. Membuat bapak mama menangis karena bangga dan bahagia padaku
85. Menulis buku
86. Menjadi pemenang dalam kejuaraan mengambar
87. Membelikan mama motor matic
88. Berkumpul bersama keluarga besar 5 tahun mendatang
89. Menjadi disiplin, rajin, dan lebih bertanggung jawab
90. Mempunyai sebuah perusahaan
91. Membeli tanah untuk di usaha
92. Membuat inovasi dalam pembelajaran
93. Bisa melanjutkan S2 & S3
94. Menyiapkan aset untuk masa depan anak
95. Peljari lebih Dalam tentang Alkitab PL & PB
96. Melihat teman-teman dan orang yang saya kenal sukses
97. Ke Yerusalem
98. Natal bersama keluarga besar
99. Sehat jasmani dan rohani
100. Menjadi Hamba yang takut akan Allah....AMIIIIIINNN ^_^
Manusia hanya bisa berencana, namun Allah lah yang tetap Maha Menentukan.
Deskripsi Ruang : Tempat Tinggalku
Terasa rindu di dalam hati ketika aku mengingat rumahku, sepertinya aku ingin pulang dan tidur di tempat tidurku yang empuk. Jika aku pulang, pasti yang pertama kali aku jumpai adalah sebuah pagar besi yang berwarna hijau yang selalu berada di depan rumah bak satpam yang berdiri untuk menjaga rumah. Setelah melewati pagar besi, rumput indah yang berwarna hijau dan bunga-bunga yang selalu dirawat ibuku menyambutku sebelum aku masuk ke dalam rumah.
Layaknya lapangan sepak bola, rumahku mempunyai halaman yang cukup luas, tepat di depannya rerumputan nan hijau menghiasi halaman rumahku, disanalah tempat bemain bersama adik-adikku, bersenda gurau, bermain bulutangkis, bola kaki dan lain sebagainya. Tepat di halaman belakang rumahku, ada beberapa pepohonan yag membentuk barisan yang apik. Ada pohon rambutan, durian, dan jambu serta bukan hanya pohon saja. Tak jauh dari pohon pohon tersebut, sebuah kandang ayam yang dibuat ayahku di halaman belakang. Kami memelihara ayam di belakang rumah, ada beberapa jenis ayam yaitu ayam kampong, siam, dan ayam arab. Bukan hanya memelihara ayam saja, kami juga memelihara ikan lele di kolam ikan di belakang rumah.
Rumahku terdiri dari lima kamar tidur, ada ruang belajar yang terletak di depan yang biasanya kami gunakan sebagai ruang tamu, juga ada ruang TV, ruang keluarga yang biasa dipakai buat ruang makan dan ruang obrolan keluarga.
Layaknya keluarga yang lain, keluargaku pun sering berkumpul di bagian belakang rumah, disana kami sering bercerita tentang pengalaman dan pelajaran. Kami juga sering makan bersama dibelakang. Ayah, mamak, nenek, adikku ulfa dan adikku kafrawi serta aku suka berkumpul disana, betapa indahnya suasana ini, membuat aku rindu dengan rumahku.
Layaknya lapangan sepak bola, rumahku mempunyai halaman yang cukup luas, tepat di depannya rerumputan nan hijau menghiasi halaman rumahku, disanalah tempat bemain bersama adik-adikku, bersenda gurau, bermain bulutangkis, bola kaki dan lain sebagainya. Tepat di halaman belakang rumahku, ada beberapa pepohonan yag membentuk barisan yang apik. Ada pohon rambutan, durian, dan jambu serta bukan hanya pohon saja. Tak jauh dari pohon pohon tersebut, sebuah kandang ayam yang dibuat ayahku di halaman belakang. Kami memelihara ayam di belakang rumah, ada beberapa jenis ayam yaitu ayam kampong, siam, dan ayam arab. Bukan hanya memelihara ayam saja, kami juga memelihara ikan lele di kolam ikan di belakang rumah.
Rumahku terdiri dari lima kamar tidur, ada ruang belajar yang terletak di depan yang biasanya kami gunakan sebagai ruang tamu, juga ada ruang TV, ruang keluarga yang biasa dipakai buat ruang makan dan ruang obrolan keluarga.
Layaknya keluarga yang lain, keluargaku pun sering berkumpul di bagian belakang rumah, disana kami sering bercerita tentang pengalaman dan pelajaran. Kami juga sering makan bersama dibelakang. Ayah, mamak, nenek, adikku ulfa dan adikku kafrawi serta aku suka berkumpul disana, betapa indahnya suasana ini, membuat aku rindu dengan rumahku.
Desaku Hubikossy Dusun Punogolik
Dusunku ini tampak asri dan unik. Rumah-rumah berada di dataran yang cukup tinggi sementara untuk jalan setapak lebih rendah dari posisi rumah-rumah ini berdiri. Setidaknya ada lima rumah yang berjajar dan agak berjauhan antara satu dengan yang lain. Salah satunya adalah rumah tete-nenekku. Rumah tete-nenekku ini merupakan rumah terkecil diantara deretan tersebut. Sementara itu, tepat dibelakang rumah tete-nenekku terdapat rumah saudara kami. Di belakang rumah tersebut terdapat banyak pohon jati yang besar dan tinggi menjulang menggapai langit.
Desa ini sangat subur. Di setiap rumah kamu akan melihat banyak bunga yang tumbuh di pekarangannya. Sering kali saya bersama teman-temanku berlomba untuk menangkap kupu-kupu yang memang setiap hari menyatroni bunga-bunga di halaman rumah tersebut. Pada musimnya, buah jambu dan belanda sangat banyak tumbuh di pepohonan yang berada tepat di sebelah kiri rumah tete-nenekku. Di sepanjang jalan pepohonan buah itu merupakan jalan menurun yang sengaja di penuhi dengan bebatuan yang bertujuan untuk meminimalisir kondisi licin saat hujan turun.
Ketika terbangun di pagi hari, sangat enggan rasanya untuk melepaskan selimut karena dinginnya hawa dusun punogolik pagi hari. Makin siang, dusun makin indah untuk di telusuri karena pemandangan seperti ini tak dapat kau temui di kota besar. Saya rindu akan aroma dusunku. Aroma pedesaan yang khas yang kadang bercampur dengan aroma Wam(Babi) dan sapi hehe... Oiya, Kau tak akan membayangkan untuk mandi di hawa pagi dusunku ini. Dinginnya menusuk tulang dan tempat mandinya?
Saat itu, belum ada kamar mandi dan toilet layaknya di Wamena atau jayapura. Kamu tau tempat menimba air? Itu merupakan tempat mandi dan mencuci yang sering kutemui di desaku. Biasanya tempat itu hanya dilengkapi dengan katrol yang diikat pada sebuah besi yang di pasang diantara dua tiang timbaan tersebut. Kemudian kantrol tersebut juga terhubung dengan ember yang lumayan besar. Tempat menimba terdekat dengan rumah tete-nenekku terletak di pinggiran jalan kampung. Tempat ini hanya dilengkapi dengan dinding berbahan dasar anyaman lokob. Tetapi dinding tersebut tidak lah menutupi semua sisinya, dinding itu hanya seukuran pinggang orang dewasa dan tertutup pada bagian depan yang menghadap jalan saja.
Orang-orang biasa menggunakan tempat ini bersama-sama. Ketika seorang warga tengah mencuci, maka warga desa lain yang membawa peralatan mandinya dapat menggunakan sisi lain dari tempat menimba tersebut. Selain itu, tempat ini merupakan sumber air untuk kebutuhan minum dan dapur. Tak jarang saya melihat seorang ibu-ibu dengan jarik-nya menggendong sebuah isoak besar.
Hal ini meruapakan hal-hal yang akan kurindukan untuk kulihat.
Wamena, 1993 hingga sekarang.
Tahun 193, teteku collapse. Ibuku mengambil langkah seribu untuk segara pergi ke desa. Sesampainya di sana ibuku terus saja di Rumah Sakit dan aku tinggal di rumah tete-nenekku. Sedih rasanya melihat wajah desaku, saat itu tengah dilakukan pengerukan tanah dengan buldozer yang orang kampung sering menyebutnya dengan begok. Rumah yang dulunya berjajar di dataran tinggi kini lenyap berganti dengan dataran yang sama dengan jalan setapaknya. Semua rumah telah ada di dataran yang telah di ‘garuk tanah’ nya oleh buldozer. Tinggal rumah tete-nenekku sajalah yang berada di dataran tinggi. Rumah ini pun akan menyusul.
Hilang sudah bunga-bunga itu, kupu-kupu yang rajin berkunjung dan buah-buahan yang lezat. Kini desaku lebih terlihat seperti padang tandus. Warga desa mengulang kembali semuanya dari awal. Mereka mulai menanami banyak benih pohon untuk meneduhkan desa kembali.
Aku berharap bisa melihat desaku yang dulu. Desa Hubikossy. Dusun Punogolik.
Desa ini sangat subur. Di setiap rumah kamu akan melihat banyak bunga yang tumbuh di pekarangannya. Sering kali saya bersama teman-temanku berlomba untuk menangkap kupu-kupu yang memang setiap hari menyatroni bunga-bunga di halaman rumah tersebut. Pada musimnya, buah jambu dan belanda sangat banyak tumbuh di pepohonan yang berada tepat di sebelah kiri rumah tete-nenekku. Di sepanjang jalan pepohonan buah itu merupakan jalan menurun yang sengaja di penuhi dengan bebatuan yang bertujuan untuk meminimalisir kondisi licin saat hujan turun.
Ketika terbangun di pagi hari, sangat enggan rasanya untuk melepaskan selimut karena dinginnya hawa dusun punogolik pagi hari. Makin siang, dusun makin indah untuk di telusuri karena pemandangan seperti ini tak dapat kau temui di kota besar. Saya rindu akan aroma dusunku. Aroma pedesaan yang khas yang kadang bercampur dengan aroma Wam(Babi) dan sapi hehe... Oiya, Kau tak akan membayangkan untuk mandi di hawa pagi dusunku ini. Dinginnya menusuk tulang dan tempat mandinya?
Saat itu, belum ada kamar mandi dan toilet layaknya di Wamena atau jayapura. Kamu tau tempat menimba air? Itu merupakan tempat mandi dan mencuci yang sering kutemui di desaku. Biasanya tempat itu hanya dilengkapi dengan katrol yang diikat pada sebuah besi yang di pasang diantara dua tiang timbaan tersebut. Kemudian kantrol tersebut juga terhubung dengan ember yang lumayan besar. Tempat menimba terdekat dengan rumah tete-nenekku terletak di pinggiran jalan kampung. Tempat ini hanya dilengkapi dengan dinding berbahan dasar anyaman lokob. Tetapi dinding tersebut tidak lah menutupi semua sisinya, dinding itu hanya seukuran pinggang orang dewasa dan tertutup pada bagian depan yang menghadap jalan saja.
Orang-orang biasa menggunakan tempat ini bersama-sama. Ketika seorang warga tengah mencuci, maka warga desa lain yang membawa peralatan mandinya dapat menggunakan sisi lain dari tempat menimba tersebut. Selain itu, tempat ini merupakan sumber air untuk kebutuhan minum dan dapur. Tak jarang saya melihat seorang ibu-ibu dengan jarik-nya menggendong sebuah isoak besar.
Hal ini meruapakan hal-hal yang akan kurindukan untuk kulihat.
Wamena, 1993 hingga sekarang.
Tahun 193, teteku collapse. Ibuku mengambil langkah seribu untuk segara pergi ke desa. Sesampainya di sana ibuku terus saja di Rumah Sakit dan aku tinggal di rumah tete-nenekku. Sedih rasanya melihat wajah desaku, saat itu tengah dilakukan pengerukan tanah dengan buldozer yang orang kampung sering menyebutnya dengan begok. Rumah yang dulunya berjajar di dataran tinggi kini lenyap berganti dengan dataran yang sama dengan jalan setapaknya. Semua rumah telah ada di dataran yang telah di ‘garuk tanah’ nya oleh buldozer. Tinggal rumah tete-nenekku sajalah yang berada di dataran tinggi. Rumah ini pun akan menyusul.
Hilang sudah bunga-bunga itu, kupu-kupu yang rajin berkunjung dan buah-buahan yang lezat. Kini desaku lebih terlihat seperti padang tandus. Warga desa mengulang kembali semuanya dari awal. Mereka mulai menanami banyak benih pohon untuk meneduhkan desa kembali.
Aku berharap bisa melihat desaku yang dulu. Desa Hubikossy. Dusun Punogolik.
Langganan:
Postingan (Atom)